BIOGRAFI IMAM QIRA’AT
Jumlah qira’ah yang masyhur ada tujuh
macam, lebih dikenal dengan qira’ah sab’ah, yaitu qira’ah ibn
‘amir, qira’ah ibn katsir, qira’ah ‘ashim, qira’ah abu ‘amr,
qira’ah hamzah, qira’ah nafi’ dan qira’ah al-Kisa’i.
Imam-imam qira’ah ini mempunyai versi qira’ah masing-masing.[1]
Informasi tentang qira’ah diperoleh dari
dua cara,yaitu melalui pendengaran dari nabi oleh para sahabat mengenai bacaan
ayat-ayat al-qur’an, kemudian ditiru dan diikuti tabi’in dan generasi-generasi
sesudahnya hingga sekarang. Cara lain ialah melalui riwayat yang diperoleh
melalui hadits-hadits yang disandarkan kepada nabi atau sahabat-sahabatnya.[2]
Sesudah itu bangunlah segolongan ulama yang
membulatkan tenaganya untuk mempelajarinya untuk mempelajari qira’at
sehingga mereka menjadi pemuka-pemuka qira’at yang dianggap dan
dipercayai. Oleh karena mereka hanya semata-mata membulatkan tenaganya untuk qira’at
dihubungkan qira’at kepada mereka.[3]
Maka segala qira’at yang dapat
disesuaikan dengan bahasa Arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu Mushhaf
Utsmany, serta sah pula sanadnya, dipandang qira’at yang benar masuk
ke dalam qira’at sab’ah. Baik diterimanya dari imam yang tujuh, maupun
diterimanya dari imam yang sepuluh, ataupun dari yang lain.[4]
- PENGERTIAN QIRA’AT
Secara bahasa, Qira’at (قراءات)
adalah bentuk jamak dari qiro’ah (قراءة)
yang merupakan isim masdar dari qaraa (قرأ),
yang artinya : bacaan atau cara membaca[5]. Adapun
menurut istilah, qira’at ialah ilmu yang mempelajari tentang bacaan Al
Qur’an, sedang yang dimaksud dengan bacaaan dalam ilmu ini terutama menyangkut
benttuk-bentuk pengucapan.[6]
Qira’ah berbeda
dengan tajwid. Qira’ah menyangkut cara pengucapan lafal, kalimat,
dan dialek (Lahjah) kebahasaan al-qur’an. Sedangkan tajwid,
sesuai pengertiannya adalah pengucapan huruf al-qur’an secara tertib, sesuai
dengan makhraj dan bunyi asalnya. Jadi tajwid menyangkut tata
cara dan kaidah-kaidah teknis yang dilakukan untuk memperindah bacaan
Al-Qur’an.[7]
Para sahabat mempelajari cara pengucapan
Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW, bahkan beberapa dari ‘secara resmi’
direkomendasikan oleh Rasulullah SAW sebagai rujukan sahabat lainnya dalam
pengucapan Al-Quran. Diantaranya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرٍو قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
وَسَالِمٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ
Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah Al Quran dari empat orang sahabatku:
Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz, dan Ubay bin Ka’ab.” (HR Al Bukhori)[8]
Diantara sahabat yang populer dengan bacaannya
adalah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsabit,
Abu Darda, Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa al-Asy’ary. Dari mereka inilah kebanyakan
para sahabat dan tabi’in di seluruh daerah belajar. Kemudian para tabi’in
tersebut menyebar di kota-kota besar pemerintahan Islam.[9]
Perbedaan qira’ah tersebut tentu saja
tidak bertentangan dengan konsep orisinalitas al-qur’an karena semua itu
didukung oleh petunjuk nabi
muhammad saw. Lagi pula, selain perbedaan itu jumlahnya sangat terbatas, juga
mempunyai hikmah untuk memberikan kemudahan dalam pembacaan dan sekaligus
menunjukkan keluasan makna al-qur’an, sebagai akibat dari perbedaan qira’ah
itu.[10]
Sebenarnya Imam atau guru Qiraat itu jumlahnya
banyak hanya sekarang yang populer adalah tujuh orang. Qiraat tujuh orang imam
ini adalah qiraat yang shahih dan memenuhi syarat-syarat disebut qiroaat yang
shohih. Syarat tersebut antara lain :
1)
Muwafawoh
bil Arobiyah ( sesuai dengan bahasa arab)
2)
Muwafaqoh
bi ahad rosm utsmani ( sesuai dengan salah satu penulisan mushaf Utsmani)
3)
Shihhatus
Sanad ( bersandarkan dari sanad atau riwayat yang shohih / kuat)
Para Qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal
dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada kita sesuai
dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qira’at yang mutawatir
semuanya kita kutip dari para qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal dengan
hafalan serta ketelitiannya.Mereka ialah imam-imam qira’at yang masyhur yang
meyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat
Rasulullah SAW. Mereka memiliki keutamaan ilmu dan pengajaran tentang
kitabullah Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya orang
diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.[11]
- BIOGRAFI PARA IMAM QIRA’AT
Berikut ini adalah para
imam Qira’at yang terkenal dalam
sebutan Qira’at Sab’ah:
1. Nafi’al-Madani
Nama lengkapnya adalah Nafi’ bin Abdirrhman bin Nu’aim Al Madani. Beliau berasal dari Ashbahan dan lama di Madinah Al-munawwaroh. Beliau lahir pada tahun 70 H dan wafat di
Madinah pada tahun 169 H (785 M).[12] Ia
mempelajari Qira’at dari 70 orang
tabi’in yang telah mempelajari qira’at dari Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Abbas
dan Abu Hurairah.[13]
Perawi Qira’atImam
Nafi’ yang terkenal ada dua orang, yaituQalun (w. 220 H
)danWarsy(w. 197 H ).[14]
- 2. Ibnu Katsir al-Makki
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin
Katsir ad Dary al Makky. Lahir di Makkah tahun
45 H (665 M) dan wafat juga di
Makkah tahun 120 H (738 M). Ia pernah menjadi qadli[15]
di makkah.[16] Ia
adalah imam dalam hal qira’at di Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah
hidup bersama shahabat Abdullah ibnu Jubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik.[17] Beliau mempelajari Qira’at dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib
al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makki dan Diryas (maula Ibn ‘Abbas). Mereka
semua masing-masing menerima dari Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Umar bin
Khattab; ketiga Sahabat ini menerimanya langsung dari Rasulullah SAW.[18]
Murid-murid Imam Ibnu Katsir banyak sekali,
namun perawi qiraatnya yang terkenal ada dua orang, yaitu Bazzi (w. 250 H) dan
Qumbul (w. 291 H).[19] Karangannya yang terkenal hingga saat ini adalah Tafsir ibnu katsir
- 3. Abu’Amr al-Basri
Nama lengkapnya Zabba bin Al Ala’ bin Ammar Al
Bashri At Tamimi. Beliau adalah imam Bashrah sekaligus ahli qiraat Bashrah. Beliau lahir di
Mekkah tahun 70 H (690 M) dan wafat di Kufah pada tahun 154 H (711 M). Seorang imam lughah, adab dan qira’at.[20]
Beliau menerima Qira’at dari mujahid bin jabr. Said bin jabr yang menerima qira’at dari Abdullah bin Abbas , yang menerima dari Ubay bin Ka’ab.[21]
Murid beliau banyak sekali, yang terkenal adalah Yahya bin Mubarak bin
Mughirah al-Yazidi (w. 202 H.) Dari Yahya inilah kedua perawi qiraat Abu ‘Amr
menerima qiraatnya, yaitu al-Duuri (w. 240 H) dan al-Suusii (w. 261 H).[22]
- 4. Abdullah bin ‘Amir al-Syami
Nama lengkapnya adalah Abdullah
bin Amir Al Yahshabi Asy Syami. Beliau adalah imam
qiraat negeri Syam, lahir pada tahun 21H (642 M), wafat pada tahun 118
H (736 M).[23] Beliau mengambil qira’at dari Al Mughirah bin Syu’bah Al Makhzumi
yang mengambil dari Utsman bin Affan dan beliau bertemu dengan beberapa
sahabat, diantaranya adalah An Nu’man
bin Basyir dan Wailah bin Al Asqa’. Ada yang mengatakan bahwa beliau ini
bertemu dengan Utsman dan
belajar kepadanya.[24]
- 5. ‘Ashim al-Kufi
Nama lengkapnya adalah ‘ashim bin Abi Nujud Bahddalah Al Kufi al Asady. Beliau berasal dari kufah, masih tergolong Tabi’in
dan wafat pada tahun 127 H (745 M) di Kufah.[26] Beliau menerima Qira’at
dari Zurr bin Hubaisy yang belajar pada Abdullah bin Mas’ud.[27]
Di antara para muridnya yang menjadi perawi qiraatnya yang terkenal adalah
Syu’bah (w.193 H) dan Hafsh (w. 180H).[28]
- 6. Hamzah al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib az Zayyat. Beliau adalah imam qiraat di Kufah setelah Imam ‘Ashim. Lahir di Kufah pada tahun 80 H (700 M), wafat pada tahun 156 H (773 M) di Halwan, suatu kota
di Iraq.[29]
Beliau belajar dan mengambil qiraat pada sulaiman
bin Mihran Al A’masy yang menerima dari Yahya bin Watstsab yang menerima
daripada Zurr bin Hubaisy yang menerima dari Utsman, Ali dan Ibnu Mas’ud.[30]
Di antara para muridnya yang menjadi perawi Qira’at-nya yang terkenal
adalah Khalaf (w. 229 H) dan Khallad (w. 220 H).[31]
- 7. Al-Kisa’i al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah bin Abdullah al Asady al Kufi. Nama panggilannya Abul Hasan. Ia seorang imam qiraat serta nahwu dan juga lughah .Beliau lahir di Kufah, berkediaman di Baghdad dan wafat pada tahun 189 H
(805 M) di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Ray.[32]
Beliau mengambil Qira’at dari banyak ulama. Diantaranya adalah Hamzah bin Habib al-Zayyat, Muhammad
bin Abdurrahman bin Abu Laia, ‘Ashim bin Abun Nujud, Abu Bakar bin’Ilyasy dan
Ismail bin Ja’far yang menerimanya dari Syaibah bin Nashah (guru Imam Nafi’
al-Madani), mereka semua mempunyai sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW.[33]
Murid-murid Imam Kisaa’i yang dikenal sebagai perawi yang dikenal sebagai
perawi qira’at-nya adalah Abul Harits (w. 240 H) dan Hafsh al-Duuri (w. 240 H).[34]
Diantara kitabnya ialah Ma’anil Qur’an
Untuk melengkapi jumlah Qira’at menjadi Qira’at‘Asyarah, maka ditambahkan
imam-imam Qira’at berikut ini :
- 8. Abu Ja’far al-Madani
Nama lengkapnya adalah Yazid bin Qa’qa’ al-Makhzumi al-Madani. Nama
panggilannya Abu Ja’far. Beliau salah seorang Imam Qiraat di Madinah. Beliau wafat pada tahun 132 H (750 M).[35]Beliau
mengambil qiraat dari Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah, mereka menerimanya
dari Ubay bin Ka’ab.[36]
Murid Imam Abu Ja’far yang terkenal menjadi perawi qiraatnya adalah Isa bin
Wardan (w. 160 H) dan Ibn Jammaz (w. +170 H).[37]
- 9. Ya’qub al-Bashri
Nama lengkapnya adalah Ya’qub bin Ishaq bin Zaid al-Hadrani. Nama panggilannya Muhammad. Beliau lahir di Bashrah pada tahun 117 H (735 M) dan wafat pada tempat yang sama pada tahun 225 H (820 M). Beliau seorang ahli qiroat di bashrah, terkemuka dalam bidang “arabiyah
dan adab.[38]
Beliau menerima qira’at dari Salam bin Sulaiman Ath Thawil yang
menerima dari Ashim dan Abu Amr.[39] Murid sekaligus perawi
dari qiraat Imam Ya’qub yang terkenal adalah Ruwais (w. 238 H) dan Rouh (w. 234 H).[40]
- 1Khalaf Al Asyir
Nama lengkap beliau
adalah Abu
Muhammad Khalaf bin
Hisyam al Bazzar. Seorang pemuka Qiroat, Ia wafat tahun 229 H (844 M) di
Baghdad.[41]
Beliau menerima qira’at dari Sulaim bin Isa bin Habib az Zaiyat.[42]
Murid sekaligus perawi dari qiraat beliau yang terkenal adalah Ishaq (w. 280 H )danIdris (w. 292 H )[43]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafidz, Drs. Ahsin W. M.A. Kamus Ilmu Al- Qur’a. AMZAH.
Cet. I. 2005
Ash-Shiddieqy, Teungku
Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang : Pustaka
Rizki Putra. 2002
--------------------. Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet. II. Ed. 2. 1999
--------------------. Sejarah & Pengantar Ilmu
Al-Qur’an & tafsir. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Cet. II. Ed. 3. 2009
Shihab , Prof. Dr. M. Quraish, dkk. Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet. III.
2001
S. Askar. Kamus Arab- Indonesia. Jakarta: Senayan Publishing. Cet. III. 2011
[1] Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, Cet. III, 2001, Hal. 100
[2] Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, Cet. III, 2001, Hal. 99
[3] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah &
pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
Cet. II, 2009, Hal. 66
[4]Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah &
pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
Cet. II, 2009, Hal. 67
[6] Drs. Ahsin W.
Al-Hafidz, M.A, Kamus Ilmu Al qur’an, AMZAH, Cet. I, 2005, Hal. 240
[7] Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, Cet. III, 2001, Hal. 99
[8] HR. Bukhari
no. 4615
[10] Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Firdaus, Cet. III, 2001, Hal. 100-101
[11]Ibid.
[12] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.273
[13] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, Cet. 2, 2002, Hal.140
[14] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[17] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, Cet. 2, 2002, Hal.140
[19] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[21] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, Cet. 2, 2002, Hal.140
[22] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[23] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.274
[24] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002, Hal.140
[25] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[27]Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002, Hal.141
[28] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[30] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002, Hal.141
[31] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[32]Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.274
[34] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[36]Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002, Hal.141
[37] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[39] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002, Hal.141
[40] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77
[41] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.274-275
[42]Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002, Hal.141
[43] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.77